|
mardi, juin 14, 2005 |
selamat jalan.. |
aku merebahkan kepalaku sekali lagi. setelah beberapa kali gagal mencoba untuk bangun. rasanya bumi ini berputar-putar. tapi pasti bukan karena gempa bumi, karena hiasan gantung yang kupasang di langit-langit kamar hanya bergoyang sesekali, itu pun karena kipas angin yang sengaja kupasang kencang-kencang. panas sekali malam tadi. aku gelisah sepanjang tidur.
selasa, 7.15 pagi. telponku berdering, bébé yang nelpon. suaranya sedikit parau, seperti habis menangis. tapi katanya bukan, itu karena dia baru bangun. sengaja nelpon untuk mengingatkanku bangun pagi ini. untuk berangkat ke kantor. tubuh ini begitu malas diperintah. kepala ini begitu susah untuk diangkat. aku paksa membuka mataku. terbayang kembali hari minggu. di Bandara.
minggu siang itu, sesudah kami pulang dari Gereja. kami berangkat ke bandara. menghantarkan bébé untuk berangkat mission ke New Delhi. katanya, nanti dia mesti transit di Bangkok jam 4 sore, baru jam 8 malam take off ke Delhi. seperti biasa kalo di Bandara, kami tertawa-tawa, beli donat, sambil ngobrol ini-itu. sambil aku mengeluh kalo aku pasti bakal kangen bébé *meski buat mission perginya paling lama juga seminggu, dan rencana yang kemaren juga buat 4 hari* dan biasanya, reaksinya hanya membelai rambutku dan bilang,"kamu berdoa lah kalo lagi kangen yah?"
dia berangkat dan aku pulang ke kos. sampai di rumah, rasanya ngantuk sekali. dan aku pun jatuh tertidur. sekitar jam 3.30, terbangun. bengong. mau nonton tv-pun malas. tidak ada acara yang menarik. setelah setengah jam tanpa tujuan, hpku berdering, ada sms masuk. pasti bébé! dan benar saja, katanya,"halo, bébé dan sampe di Bangkok nih. enaknya ngapain yah? 4 jam transit kan lama nih." langsung kubalas *tapi aku udah lupa apa yang aku usulkan*
tidak sampai 5 menit, telponku berdering lagi. dari ibu! langsung saja aku angkat. "ya Ibu?" "Odi, Agus-nya mana? Agus-nya mana?" "Agus lagi di Bangkok, Bu.. kan tadi udah telpon Ibu?" "aduuuuuuh..... Agusnya mana? aduh-aduh-aduh!!!!" *jantungku rasanya berhenti berdetak mendengar Ibu nangis-nangis seperti itu* "ada apa, Bu? ada apa???" *aku-pun jadi ikutan panik* "Bapaknya ini! Bapaknya Agus ini!!! Udah nggak ada!! di kamar mandi tadi!!!!!! Agus-nya mana?? Aguuuus?????" *si Ibu histeris, bikin aku jadi makin panik* "Ibu... saya ke sana sekarang, Bu.. saya akan coba hubungi Agus. saya ke sana sekarang yah, Bu?" "iya.. iya.. sekarang ya?" sebelum aku menjawab 'iya', Ibu sudah mematikan telponnya.
aku mencoba telp bébé, tapi gagal. katanya, nomer bébé nga dikenal sama operator telp di sana. jadi aku sms: pls call me, NOW! begitu terkirim, hpku langsung berdering. betapa bodohnya, aku tidak bisa bersikap tenang waktu menyampaikan berita itu. aku minta dia nelpon Ibu. dan memintanya untuk kembali ke Jakarta, serta membatalkan penerbangannya ke New Delhi. dia bilang iya, dan segera mengurus perubahan tiket pulang.
setelah itu, rencananya mau langsung berangkat, tapi saat itu nga bisa mikir sama sekali. aku bahkan lupa jalan ke rumah bébé. lalu aku telp seorang sahabat bébé, Pawana... kemudian dia dan istrinya, Sely *makasih yah, Paw, Sel..!*, langsung meluncur dan menuntun *pake mobil, maksudnya.. iring-iringan* aku menuju rumah bébé. aku mengajak seorang teman kos *makasih banyak yah, nak bi... udah mau nemenin aku..* untuk bersama-sama aku di mobil.
sementara itu, bébé sms lagi. katanya nga bisa dapat tiket untuk sore/malam itu. jadi dia mesti menunggu pesawat pertama besok paginya *senin pagi* dan dia memutuskan untuk tidur di Bandara. itu artinya, bébé baru bisa tiba di Jakarta hari senin siang. aku berjanji akan menjemputnya ke Bandara, meski dia sebenarnya tidak ingin merepotkanku, tapi aku memaksanya untuk mengizinkan aku menjemputnya.
akhirnya, senin jam 9, aku berangkat ke Bandara, karena pesawat bébé tiba pukul 11.25. sampai di Bandara, aku baru ingat belum sarapan. jadi sambil makan, tidak lupa kupesan hotdog buat bébé, karena kemungkinan besar dia tidak makan. bébé tidak suka makanan pesawat.
jam 11, ternyata pesawat tiba lebih cepat dari jadualnya. buru-buru aku menghentikan makanku, dan bergegas ke gerbang kedatangan. jantungku berdetak cepat dan keras sekali. menatap lurus ke arah kedatangan orang-orang. Bandara sepi hari itu, jadi aku tidak perlu berdesak-desakan seperti waktu-waktu sebelumnya.
le voilà! dari kejauhan dapat kulihat bébé mendorong troly-nya. tampangnya lusuh. yah, pasti dia kurang tidur. mana enak tidur di bangku Bandara? kupikir dia akan sedih, akan menangis. ternyata bébé justru lebih banyak diam. justru aku yang menangis, dan dia yang menenangkan aku.
setibanya di rumah, aku menyuruhnya jalan duluan, dan aku yang menggotong barang bawaannya. agak berat memang, tapi waktu itu tidak terasa terlalu berat. sampai di rumah, orang-orang sudah ramai sekali. dan bébé berlari-lari menuju peti jenazah yang sudah ditunggui oleh Ibu, mbak dan adiknya. aku menyusul kemudian. sampai di rumah, mbak langsung memelukku, dan dia menangis kencang sekali. *ya, Tuhan.. aku memang lemah sekali dalam menghibur orang lain* aku ikut menangis bersama dia.
sepanjang malam itu, mbak nelp aku dan menangis terus lewat telpon. aku sampai bingung bagaimana cara membuatnya lebih tenang? sebenarnya memang tidak ada, aku hanya memintanya untuk berdoa. malam itu, mbak yang kerjanya di Johor *Malaysia, tapi dia bukan TKW loh..*, tidak dapat tiket pulang ke Jakarta. sama seperti bébé, dia pun harus menunggu pesawat pertama esok paginya. aku nga bisa membayangkan, betapa sakitnya menahan emosi seperti yang waktu itu mereka rasakan.
senin siang itu, haru semakin memuncak saat peti jenazah Bapak mulai ditutup. dadaku rasanya ingin meledak. sedih sekali. teringat kembali suasana 16 tahun lalu, saat kebaktian tutup peti kepergian Ibuku. yah, manusia cuma bisa pasrah. Tuhan yang mengatur semuanya... kami percaya, ada jalan indah di depan sana. dan bébé, dia cukup tabah. aku tau dia tabah. bahkan dia lebih tabah dari aku.
selamat jalan, Bapak.. titip salam buat Tuhan Yesus.
aku mengenal Bapak sebagai sosok yang humoris, senang bercanda, dan paling ogah merepotkan orang lain. sedikit keras kepala, tapi namanya orang tua itu wajar.. aku aja yang belum tua-tua amat ini *amiiiin* juga keras kepala *bangeet!*. di dalam hati aku berharap-harap, kalau saja waktu itu Bapak jalanin operasi? kalau saja waktu itu, ahh.. kita emang nga bisa mengatur jalan hidup.
"tangan Tuhan sedang merenda, suatu karya yang Agung Mulia, saatnya kan tiba nanti, kau lihat pelangi kasih-Nya."
p.s: terima kasih untuk semua ucapan *telpon, sms, shoutbox, comment, email* dari semua teman dan sahabat.. juga kehadiran teman-teman di rumah, dan juga yang ikut upacara pemakaman.. aku, mewakili Agus dan keluarga, mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya. sungguh. kehadiran kalian semua, memberi kekuatan bagi Agus sekeluarga. hanya Tuhan yang mampu membalas semua kebaikan itu. terima kasih banyak yah... sekarang Agus ambil cuti sampai akhir pekan, mungkin baru bisa aktif lagi minggu depan. |
posted by clodi @ 08:54 |
|
|
|
after he took my hand and promised to share his life with me, i amazed that my life finally went straight to his heart..
after she's born, i learned to love my life..
the way they moved, the way they cried, the way they laughed, the way they did everything.. gave me strenght, gave me spirit, gave me hope! i dedicate my life to the loving father and my lovely baby..
bisous! |
About Me |
Name: clodi
Home: South Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia
About Me: ..an absurd human being sophisticated in her moods, having a horse sign reflecting elegance, independence, friendliness, and loyalty... yet helpful and constantly on the move, also enjoys experimenting with new things or meeting new people.
want to know me better?
|
Previous |
|
Archives |
|
Daily Clicks |
|
Media Box |
| View Show | Create Your Own
|
Fellowship |
|
Credits |
|
|
|