<noscript><body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d7686965\x26blogName\x3dLoving+Lovely+Love...\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dTAN\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://clodi.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3dfr_FR\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://clodi.blogspot.com/\x26vt\x3d-6057690938476466135', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script></noscript>
 

mercredi, avril 27, 2005
pekan anti tipi
denger-denger, baru-baru ini ada rame-rame kampanye Pekan Anti Televisi. pusatnya sih bukan di Indonesia *jelas!*, tapi di Washington DC yang nun jauh di belahan bumi sana, tapi beberapa daerah di Indonesia ikutan juga, seperti Yogyakarta dan Nusa Tenggara Barat. *berita dari Radio 68H tadi pagi*


Media Indonesia Online
Senin, 29 Maret 2004 11:20 WIB - KESEHATAN



Gaya Hidup Sehat dengan Sedikit nonton TV

Pemirsa televisi yang getol dapat diibaratkan seekor ikan yang tidak sadar bahwa dirinya selalu hidup di bawah air dan selalu basah. Itulah metafora yang dibuat oleh Frazier Moore (reuter 28/3), pemerhati masalah budaya televisi.

Moore bertanya, apakah yang akan terjadi jika orang itu selama seminggu tidak nonton televisi. Apakah dia ibarat ikan yang selama seminggu tidak terkena air? Itulah yang mendasari lahirnya gagasan "Pekan Matikan TV", yang selama 10 tahun mengajak pemirsa televisi untuk "melengos dari layar kaca dan menengok kehidupan".

Tahun ini pekan itu jatuh pada 19 April hingga 25 April *tapi kalo liat di websitenya, mestinya minggu ini: 25 April hingga 1 Mei*. Pada saat itu anda bisa memanfaatkan bersama tetangga, teman-teman di tempat kerja atau di kampus untuk bergabung melakukan kegiatan lain kecuali nonton televisi.

Tahun lalu, sekitar tujuh juta orang dalam ribuan kelompok mematikan televisi mereka, demikian menurut lembaga nirlaba Jaringan Matikan TV yang berbasis di Washington DC. Jaringan itu mempunyai situs jatingan maya www.tvturnoff.org yang dapat memberikan petunjuk pada masyarakat mengenai bagaimana mengkoordinasi kelompok "emoh nonton TV".


Berpaling dari nonton TV juga bisa dilakukan secara individual. Tak perlu pakai kelompok-kelompokan segala. Artinya, Anda bisa mempersiapkan sebelumnya untuk ancang-ancang tidak nonton TV selama sepekan. Anda mundur dari nonton "American Idols", "Sponge Bob Square Pants", "The Sopranos",dan para pengelola berita-berita kabel yang merintangi kampanye presiden.

Mungkinkah orang sanggup berpaling dari TV? Ini persoalannya. Jika diniatkan, apa susahnya? Tahun ini di AS terjadi sebuah gelombang pasang kemarahan terhadap bayangan televisi. Hal ini bisa menggiring masyarakat untuk tidak nonton televisi sebagai hukuman terhadap bos-bos media yang menyelinapkan tayangan yang tak mendidik pada Anda dan keluarga.

Moore bertanya, apakah kolam tempat selama ini Anda berenang mulai tercemar, atau lebih tercemar dari pada sebelumnya? Para wakil rakyat di Kongres yakin bahwa tayangan televisi sekarang kian tercemar. Bisa menjadi polusi bagi pikiran orang banyak. Pekan lalu, anggota legislatif sepakat untuk meningkatkan denda maksimum bagi lembaga penyiaran dan perorangan yang menayangkan materi cabul hingga Rp40 miliar/kasus. Ini sebuah kenaikan mencolok dari denda sebelumnya yang hanya sekitar Rp250 juta untuk badan hukum dan Rp88 juta untuk perorangan.

RUU itu sekarang sedang diajukan ke Senat AS. "Satu alasan kenapa pemirsa mengamalkan Pekan Matikan TV adalah karena mereka resah oleh pesan-pesan yang mereka terima dari TV dan inilah alasan yang terbaik," kata Frank Vespe, direktur eksekutif Jaringan Matikan TV.

Sebaliknya, jaringannya mengambil sikap ogah-ogah terhadap televisi tanpa mempertimbangkan apakah programnya baik atau buruk. Pokoknya antitelevisi!


Prihatin

Para pemikir budaya AS merasa prihatin karena jumlah waktu yang orang AS gunakan untuk nonton TV cukup lama. Apa saja mereka tonton. Rata-rata lebih dari empat jam sehari-yang bisa berarti lebih lama dari pada melakukan kegiatan yang lain. Wajar saja kelompok Vespe geram.
"Apakah anda memusatkan pada pesan-pesan tak senonoh yang disiarkan lewat TV? Atau anda meninjau ulang hubungan anda dengan TV dan melepaskan cengkeraman TV dari anda?" tanya Vespe.

Pada tahun lalu, akibat nonton TV yang berlebihan di kalangan remaja menjadi perhatian nasional sehingga pemerintah pusat mengumumkan pekan lalu bahwa makan berlebihan dapat menggantikan merokok sebagai penyebab nomor satu kematian yang dapat dicegah.

Dua studi belakangan ini mengatakan, ribuan iklan permen dan makanan bergula menyumbang terjadinya wabah kegemukan anak-anak di Amerika. Jumlah iklan yang ditonton anak-anak AS setiap tahunnya meningkat dua kali lipat hingga 40 ribu sejak tahun 70-an, demikian Yayasan Keluarga Kaiser melaporkan bulan lalu. Mayoritas iklan yang ditujukan untuk anak-anak adalah iklan permen, sereal dan makanan cepat saji. Studi itu menyatakan 15,3 persen anak-anak berusia 6 sampai 11 tercatat sebagai kelebihan berat badan pada tahun 1999-2000, dibandingkan dengan 4,2 persen pada 1963-1970.

Dalam sebuah studi terpisah, Asosiasi Psikologi Amerika mengimbau pemerintah untuk membatasi iklan yang ditujukan pada anak-anak di bawah usia 8 tahun. Argumennya? Anak-anak belia ini sangat rentan terhadap iklan. Asosiasi itu minta agar pembatasan itu terutama dilakukan untuk makanan-makanan "sampah" (junk food).
Dari hampir 17 jam setiap pekan acara TV yang disaksikan anak-anak usia 2 hingga 11 tahun, lebih dari sembilan jam adalah progam anak anak, demikian hasil Riset Media Nielsen. "Jelaslah bahwa nonton TV berlebihan berakibat pada krisis kegemukan pada anak-anak," kata Vespe. "Jadi Pekan Matikan TV adalah bagian dari pola hidup sehat."

Inilah isu yang aktual di AS. Matikan televisi.

Rakyat Indonesia sekarang lagi getolgetolnya nonton TV. Adakah lembaga nirlaba di sini yang berminat mempromosikan kampanye Matikan TV?* (X-9)


setelah baca dan denger berita ini, aku mulai berfikir... *meski aku belum punya anak.. nikah aja belum, boro-boro punya anak* dampak tv bagi diriku sendiri.

dulu, aku jarang sekali nonton tv. bahkan lebih sering, tv justru cuma jadi tempat meletakkan beberapa boneka kecil-kecil dan jadi penghias kamar. dampak positifnya? banyak.
satu, aku jadi bisa memanfaatkan waktuku sepulang kantor untuk mencuci *emang sih ada tukang cuci di kos, tapi kalo undies kan lebih enak cuci sendiri, apalagi beberapa baju bisa hilang karna si mbaknya salah naroh loker. -di kos ku ada 70an orang loooh- belum lagi warnanya jadi cepat luntur karna dicuci dengan sabun colek, dan bukan deterjen*
dua, kalo lagi absen nyuci, aku bisa baca buku. kalo bukan buku novel, kamus, majalah atau buku-buku laen lah..
tiga, kalo lagi males baca, aku bisa belajar-belajar aplikasi software di komputer lah.. lumayan hitung-hitung buat latihan.
empat, *berhubung sekarang masih ikutan les di CCF* jadi bisa bikin PR... *udah berbulan-bulan ini aku nga pernah lagi ngerjain PR. dulu, teman-teman les suka curiga aku curi-curi waktu di kantor buat ngerjain PR. dan aku selalu bilang bahwa: kalo gua nga nyalain tv, gua pasti punya waktu buat bikin PR*

tapi itu dulu. sekarang lain.
sejak aku ikut langganan tv kabel, remote tv adalah benda ke-3 yang aku sentuh saat tiba di kamar sepulang dari mana-mana. *setelah menyalakan lampu dan kipas angin: di kos nga bole pake AC, karna beban listrik untuk 68 kamar itu sudah CUKUP besar, lagian seharian di kantor pake AC, kulit jadi kering..* dan biasanya, tiap hari, pasti ada acara andalan yang PANTAS ditunggu. sebenernya cuma karna penasaran. nga lebih. dan akan lebih penasaran lagi karena episode itu sengaja dibuat gantung, supaya aku kembali lagi minggu depan.



nah, makanya nih temen-temen..
apalagi temen-temen yang punya dede-dede kecil yang lagi gemar nonton tv,
ikutan yuuuk...?

and, Happy TV-TurnOff Week 2005!



anyway, nice weekend everyone...
inget, jangan nonton tipi terus-terusan weekend ini yah?
mari layani papa, mama, adik, kakak, sodara, teman, pacar, dan sobat yang udah lama dicuekin.. juga novel-novel yang menumpuk dan blum sempat dibaca.. apalagi blog yang udah lama nga diapdet! hehehe...
posted by clodi @ 10:36  
0 Comments:
Enregistrer un commentaire
<< Home
 
 

after he took my hand and promised to share his life with me, i amazed that my life finally went straight to his heart..
after she's born, i learned to love my life..
the way they moved, the way they cried, the way they laughed, the way they did everything.. gave me strenght, gave me spirit, gave me hope!
i dedicate my life to the loving father and my lovely baby..
bisous!
About Me

Name: clodi
Home: South Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia
About Me: ..an absurd human being sophisticated in her moods, having a horse sign reflecting elegance, independence, friendliness, and loyalty... yet helpful and constantly on the move, also enjoys experimenting with new things or meeting new people.
want to know me better?
Previous
Archives
Daily Clicks

Kutamitami-Lenteraku
UjungjariKu-BEBE
Blogger Family
Blogger Online Magazine

Media Box


| View Show | Create Your Own

Fellowship
Credits

Free Blogger Templates

BLOGGER