|
lundi, mars 07, 2005 |
Goodbye "Petit Prince" Welcome "Maaf, Maaf, Maaf!" |
Sedihnya waktu itu gagal nonton "Little Prince". Aku bolak-balik bukunya, kubaca-baca ulang dan mencoba menghibur diri dengan membayangkan sosok si Pangeran Kecil itu serta mereka-reka gambaran pertunjukannya cersiku sendiri. Kemarin di Koran Kompas, aku sempat melihat sosok puppet yang melakoni si Pangeran Kecil.... rasanya cuma bikin aku pengin gigit bibir lebih keras.... membayangkan si musang dan si biri-biri, lalu si mawar yang sombong, dan perjalanan Pangeran Kecil dari satu planet ke planet yang lain, yang mungkin kita kenal dengan Asteroid karena terlalu kecil untuk perlu diteliti. Tapi, itulah dunia si Pangeran Kecil. Dia punya planet asteroid sendiri, bersama setangkai bunga mawarnya yang sombong.
"Menjinakkan" Menjinakkan berarti membuat seseorang menjadi tergantung, namun tidak dengan terpaksa melainkan menjadi senang... seperti si Musang yang mengajarkan kepada Pangeran Kecil bahwa, jika dia telah dijinakkan, maka ia akan senang dengan kedatangan si Pangeran. Namun ia akan lebih senang jika si Pangeran Kecil datang pada waktu yang sama, sehingga dia bisa merasa senang sejak satu jam sebelumnya. Pangeran Kecil kemudian merasa bahwa si bunga mawarnya yang sombong juga telah menjinakkannya sehingga membuatnya ingin kembali. Menjinakkan. Adakah yang menjinakkan aku sehingga aku ingin tinggal tetap dengan perasaan senang?
Lepaskan rasa kecewaku, aku tidak ingin larut lebih lama. Kemudian, mencoba menghibur diri dengan mengejar tiket untuk Pentas ke-105 Teater Koma... *aku suka sekali dunia teater*
"Maaf, Maaf, Maaf.... Politik Cinta Dasamuka"
Teater Koma menggelar pentas bertajuk Maaf, Maaf, Maaf, Politik Cinta Dasamuka di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Rabu (2/3) malam. Pertunjukan ke-105 yang digelar teater pimpinan Nano Riantiarno ini tetap kental dengan nuansa kritik terhadap kinerja pemerintahan yang otoriter.
Lakon ini berkisah tentang pergolakan rakyat melawan kaisar tamak dan tak bermoral. Pesan dalam pertunjukan ini sangat biasa, yakni kekuasaan otoriter akan runtuh jika sikap penguasa jauh dari dambaan rakyat. Kendati membawa pesan politik berat, sang sutradara, Riantiarno membungkusnya menjadi pertunjukan ringan dan humoris.
Sebetulnya lakon ini dipentaskan pertama kali tahun 1978. Meski mendapat sambutan hangat dari kalangan masyarakat dan dipentaskan di beberapa kampus, penguasa saat itu mencekalnya. Alasannya juga sangat tak masuk akal. Pemerintah cemas, pertunjukan dapat memicu mahasiswa prodemokrasi untuk bergolak melawan pemerintah yang kala itu bersifat otoriter.
Boleh dibilang, sebagian besar pemain dalam pertunjukan yang akan berakhir hingga 15 Maret mendatang itu adalah pentolan Teater Koma. Selain Syaeful Anwar dan Ratna Riantiarno, sejumlah nama tenar lainnya seperti Cornelia Agatha, Embie C. Noer, Prijo S. Winardi, dan Sari Madjid ikut ambil bagian. (Liputan6 SCTV, JUM/Asti Megasari dan Hengky Rahman)
Hmmm.... dilihat dari tulisan ini, bisa jadi kurang menarik yah? Tapi, tak apalah... kalau menonton teater, aku suka meliat ekspresi para pemainnya, didukung dengan tatanan panggung beserta properti dan kostum yang mendukung, membuat suasananya jadi terasa menghanyutkan. Kuingat dulu, teater kami nga pake modal. Semua properti rata-rata merupakan properti yang sekali bikin langsung buang (bukannya sok boros, tapi emang abis dipake, kaga bisa dipake lagi.. karena umumnya terbuat dari kertas atau karton-karton doang). Tapi kebersamaan itu justru terbangun pada saat kita sama-sama bergadang buat bikin properti dan mendekor panggung.
Aksi panggung yang sebelumnya *Republik Togog* cukup menggelitik... meski terkesan terlalu monoton dan panjang.. dan aksi panggung sebelumnya *Teater Kecoa* menarik! Dan seperti biasa, panggung teater adalah tempat kita bisa mengekspresikan kekecewaan kita terhadap kesewenangan penguasa, cinta, kehidupan, juga kesukaan kita akan hal serupa.... semua bisa! Makanya, aku suka teater! |
posted by clodi @ 12:20 |
|
|
|
after he took my hand and promised to share his life with me, i amazed that my life finally went straight to his heart..
after she's born, i learned to love my life..
the way they moved, the way they cried, the way they laughed, the way they did everything.. gave me strenght, gave me spirit, gave me hope! i dedicate my life to the loving father and my lovely baby..
bisous! |
About Me |
Name: clodi
Home: South Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia
About Me: ..an absurd human being sophisticated in her moods, having a horse sign reflecting elegance, independence, friendliness, and loyalty... yet helpful and constantly on the move, also enjoys experimenting with new things or meeting new people.
want to know me better?
|
Previous |
|
Archives |
|
Daily Clicks |
|
Media Box |
| View Show | Create Your Own
|
Fellowship |
|
Credits |
|
|
|